Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

Ia tidak akan pernah menyerah

Perempuan itu mengepalkan tangan kirinya, sangat keras,
sampai kukunya hampir selalu saja melukai tangannya.
Belum pernah melukai tangannya, hanya hampir.

Ia lakukan setiap kali ia menahan rasa yang sampai sekarang tidak dapat ia gambarkan lagi.
Bahkan jika orang terdekatnya menanyakannya, ia bingung harus mulai darimana.
Karena, kelamaan ia tak ingin cerita.

Baginya, orang akan kemballi menceritakan cerita sedihnya.
Atau bercerita hal lain untuk membandingkan dengan cerita miliknya.
Lalu, ia harus dianggap sama dengan cerita orang lain tersebut.

Ia pikir, ia terlalu sensitif. atau melihat dunia dengan penglihatan yang berbeda.
Tapi nyatanya, memang sudah berbeda.
Ia pernah sangat amat marah hari itu, kemudian hujan turun dan membasahi seluruh tubuhnya.
Itu membuat dia geram, karena ia harus berganti pakaian dulu untuk masuk kelas hari itu,
Tapi yang ia lakukan hanyalah, tersenyum dan berkata "tidak mengapa"

Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara berkekspresi.
Terkadang ia menangis pada suasana yang sangat riang.
atau tertawa terlalu terbahak-bahak akan sesuatu yang biasa saja.
Dan ia pandai menyembunyikan itu semua.

Ia tak tahu harus apa dan kemana.
Bukan ia tak bersyukur pada Tuhannya,
dia menceritakan hal ini pada Tuhannya, bahkan tanpa perlu merangkai kata karena Tuhannya pasti sudah mengerti maksudnya,
terkadang ia hanya menangis dan berkata,
"aku tidak tau lagi bagaimana cara menceritakaannya Tuhan"
Tapi apa salah jika ia menangis sendiri sambil bercerita dengan Tuhannya?

Lalu seketika, tangan kanannya sangat sakit untuk digerakan,
bahkan begitu lemas...
Tangan kanannya yang selalu ia pakai untuk menulis,
ia berharap ia kidal juga agar saat tangan kananya lelah untuk beraktifitas, maka tangan kiri akan menggantikan pekerjaannya,
Tangannya tidak kenapa-kenapa, hanya sakit....

Saat ia melihat ayah dan ibunya beradu mulut, ia hanya tersenyum dan mengatakan, "mereka tidak berniat seperti itu, memang keadaan yang membawa mereka"
atau ia kembali mengatakan, "Saya mengerti maksudmu, tak perlu dijelaskan" dan "ada banyak hal yang belum ibu kenal dari saya" ketika ibuna mulai bercerita yang membuatnya menangis.

Ia terlalu banyak menyalahkan dirinya,
sampai akhirnya ia berhenti melakukan itu...

dan terus berjalan...
sambil mengepalkan tangannya, yang kali ini kuku jarinya melukai tangannya...

Ia akan menjadi orang yang dihargai suatu hari nanti,
karena ia tak akan menyerah.

Tidak akan pernah.

Comments

Popular Posts