Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

Wanita Cantik dan Pria Manis

Wanita itu cantik.
Kulitnya putih bersih, mata coklatnya kecil.
Lekukan alisnya ia gambar ala' 90-an.
Dan ia mempoles warna merah terang pada bibir tipisnya.
Tubuhnya sudah pasti banyak diidolakan wanita lain.
Gaya bicaranya seperti orang Jakarta pada umumnya.
Ia sering dikerubungi banyak teman-temannya.
Termasuk teman pria yang dapat dipastikan ingin mendapatkannya.
Ia terlalu banyak tertawa, dan orang yang menyenangkan.
Tapi... Ia selalu kehilangan arah, dan tak pasti ingin kemana.

Wanita itu... ialah ibu ku dulu.

Pria itu manis.
Kulitnya pasti sawo matang, mata hitamnya sayu.
Kantung matanya cukup besar, karena ia suka belajar pada malam hari.
Rambutnya terkadang berantakan tak karuan karena ia jarang membenahinya.
Tubuhnya kurus kecil seperti tak pernah peduli.
Gaya bicaranya Jawa yang kental.
Ia memiliki beberapa sahabat yang dekat dengannya.
Tak begitu berani bermain dengan wanita karena ia begitu kaku.
Ia selalu yang dibanggakan karena banyak prestasi yang ia capai.
Tapi... ia terus berjalan mengikuti arah yang ditunjuk.

Pria itu... ialah ayah ku dulu.

Lucunya, perbedaan sifat mereka adalah pemersatu bagi mereka.
Seperti rumah dengan pondasi yang akan terus saling membutuhkan.
Bagaimana lagi mendeskripsikan mereka?
Aku tak tahu haha

Mereka begitu sempurna. Untuk ku.

Comments

Popular Posts