Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

Jarak dan Waktu

Aku mengingat saat pertama kali kamu meminta ku untuk membuat tulisan mengenai satu kata,

APA

Kata itu yang terlontar, yang saat itu membuat ku bingung. Bagaimana mungkin aku mendeskripsikan kata tersebut menjadi suatu tulisan.

Aku mengingat saat pertama kali kamu mengejekku bahwa aku adalah penulis palsu,

Alasan: Karena mencontoh apa yang kamu katakan.

Jadi sekarang gini, kamu yang mengubah kata-kata dalam pikiran ku menjadi suatu tulisan. Walau mungkin orang bosan membacanya, atau kelamaan aku sulit berpikir. Tapi menulis tentang mu sudah menjadi bagian daftar tulisanku.

Aku mengingat saat pertama kali kamu mengajakku ke warung kecil yang tidak ku tahu namanya,

Tidak Romantis.

Perasaan ku, kamu akan membelikan ku setangkai bunga, atau mungkin sebatang coklat. Atau hal klasik yang aku butuhkan. Nyatanya, kamu membeli sebungkus rokok, dan aku menghela nafas.

Aku mengingat saat pertama kali aku menuliskan masa tenggat menggunakan rokok, pada bungkus rokok yang baru kamu beli.

Polos.

Saat aku menuliskan dengan pensil alis ku dan kamu menyangka kalau itu pensil biasa, maka kamu bingung mengapa warna pensil menjadi coklat, bukan abu-abu.

Tapi, yang sekarang sedang sangat amat ku ingat,
adalah saat aku membaca isi percakapan mu dengan seseorang. Lalu aku menangis.

Bodoh.

Padahal aku sedang tidak membacanya, aku hanya melihat saja. Lalu ku tahu waktu mu tak lama disini, maka aku menangis. Tapi kamu malah menyangka aku menangis karena membaca pesan mu bersama orang itu, pesan lama yang membuat ku sudah tidak terasa lagi, bagaimana sakitnya.

Memang terkadang tidak adil,
saat jarak bisa sangat panjang, sedangkan waktu bisa sangat sempit.

Jadi, kamu tidak bisa menyalahkan jarak nantinya,
karena aku sudah memberi mu sebagian waktu ku yang sedikit padamu.
Dan aku ingin kamu menghargainya.

Comments

Popular Posts