Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

Aku Ketahuan

Aku ingin memberi tahu beberapa hal,
kepada mereka yang tidak mengerti,
aku tidak berharap mereka mengerti sehabis ini,
tapi setidaknya mereka mengetahui.

Kalau mereka berprasangka,
aku terlalu sayang denganmu sekarang.
Aku membantah itu.

Itu memang caraku, menyayangimu.
Mungkin kamu masih membandingkan cara mantan mu menyayangimu.

Kalau mereka berprasangka,
aku terlalu menunjukan rasaku didepanmu.
Aku membantah itu.

Aku lebih baik lari jauh-jauh, jika harus bicara soal cinta.
Menulis saja, itu sudah cukup, Aku tidak terbiasa bicara mengenai hal itu.

Kalau mereka berprasangka,
aku terlalu berlebihan dalam menuliskan sesuatu,
Aku membantah itu.

Batas berlebihan atau tidak, 
bukan hanya dinilai dari presepsi mu.
Aku menulis untuk diri ku sendiri, agar aku lebih tenang.

Tapi,
kalau mereka pernah berprasangka,
aku terlalu rindu.
Aku tidak bisa membantah.

Aku si perindu.

Aku pernah menangis di kamar kost ku,
karena merindukan ayah dan ibuku,
padahal jarak ku dan mereka,
hanya Tangerang-Jakarta.

Aku pernah menangis di depan laptop ku,
karena melihat foto teman masa sekolahku,
apalagi saat melihat kelucuan yang dulu pernah ada.

Aku pernah menangis di ujung telpon,
karena merindukan sahabat ku,
yang tidak akan pernah kembali ke kota ini.

Aku pernah menangis sesenggukkan,
saat aku pikir, sahabat ku lupa dengan ulang tahun ku.

Aku si perindu.

Jadi jangan salahkan aku,
jika aku tetap merindukkan mu.
walau kamu sekarang sudah di dekat ku.

Satu hal benar yang mereka mengerti.
Aku ketahuan.
Kalau aku suka merindu.

Comments

Popular Posts