Seharusnya aku mentertawakan diriku sendiri.
Yang selama ini berharap terlalu tinggi pada semua yang kamu katakan.
Iya, yang selama ini kamu katakan. Yang membuatku pernah berkata bahwa aku akan menikmati setiap jam bahkan setiap detik saat kamu sedang berada disamping ku, karena waktu seperti itu sangat jarang adanya.
Sampai akhirnya aku mengetahui bahwa apa yang selama ini kamu katakan tidak mempunyai arti apapun, dan aku merasa kesal dengan mu karena kamu hanya mengatakan yang ingin mulut mu katakan, bukan yang berasal dari pikiranmu atau mungkin hatimu. Dan saat itu rasanya aku ingin berteriak bahwa aku menyayangi mu, mengguncangkan tubuhmu sampai kau tersadar. Bukan.
Bukan karena aku tidak mau mengatakan itu, tetapi karena aku tidak bisa.
Sebenarnya itu adalah intinya, menyayangi sedalam ini membuat ku takut. Bukan takut kamu akan berteriak bahwa kamu tidak menyayangi ku seperti apa yang aku rasakan. Tapi aku takut itu akan merubah diri ku menjadi bukan diri ku.
Seharusnya aku mentertawakan diriku sendiri,
Yang selalu merasa bahwa kamu menganggapku ada, padahal belum tentu kamu mendengar apa yang selama ini selalu aku katakan padamu. Atau mungkin kamu hanya menjadikannya angin lalu, dan menutupinya dengan senyuman mu, lalu berpura-pura menikmati semua perkataan ku.
Kamu tahu?
Itu sangat kejam.
Lebih baik kamu segera meninggalkan aku, atau bahkan menutup kedua telinga mu. Okay, itu tidak kalah kejam, tapi setidaknya kamu tidak berbohong terlalu banyak kepadaku.
Tunggu, kali ini.
Tidak seharusnya aku mentertawakan diriku sendiri,
Karena pada akhirnya aku sadar bahwa aku selalu menahan rasa sakit dan berusaha tidak membiarkan air mata ini jatuh. Lebih tepatnya rasa sakit ini tiba karena orang yang sama sekali tidak
menganggapku ada . Dan air mata ini jatuh karena orang yang selalu berpura-pura menyunggingkan senyumnya dihadapanku.
Sebaiknya aku tertawa karena kebodohan ku dulu.
Tapi sekarang, tidak akan aku lakukan lagi. Membuang waktu pada seseorang yang sebenarnya tidak pernah ada.
Karena sekarang aku akan mendapatkan orang-orang yang akan berada disamping ku dan berusaha mendengar juga mengerti apa yang aku katakan. Tidak menjadikannya angin lalu dan berkata bahwa semua perkataan ku lebih bik disimpan dulu di hati dan pikiranku. Tidak ada lagi orang yang mendengarkan, lebih tepatnya mencoba mendengarkan dan berusaha mengerti perkataan yang terus keluar dari mulutku karena sebenarnya orang-orang itu tidak pernah melakukannya.
Comments
Post a Comment