Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

Udara

Kamu suka berjalan dibawah malam,
walau bulan tidak terlihat, pun bintang.
"sejuk", jelasmu. Aku hanya tergumam.
Berharap segera menemukan cahaya, karena aku tak tenang.

Kamu lalu menghela napas berulang kali,
dahiku mengernyit, "ada apalagi?,
kamu menggeleng, tersenyum sesekali.
Lalu berharap agar tidak cepat pagi.

Kamu menggenggam tanganku.
Dahiku mengernyit kembali.
"seberapa besar cintamu?",
aku tertawa geli dan memukul bahumu.
"sebesar bumi ini" jawabku asal.

"Kenapa bumi?" tanyamu.
"Karena besar"
"Bumi ini akan hancur--" kamu menghela napas. "jadi cintamu akan hancur" lanjutmu.

Aku merasa bersalah.
Tidak pernah terpikirkan itu.
"kamu sebesar apa?" tanyaku penasaran.
Berharap kamu menjawab sebesar antero jagat raya ini, dan aku akan bilang, bahkan bimasakti saja akan hancur.

"Yang tidak pernah habis dan selalu menyejukkan--"

"Apa?"

"Udara"
jawabmu.

Comments

Popular Posts