Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

Aku Butuh Banyak Waktu



Aku disini.
Aku berdiri.
Bersandar di sebuah tembok yang hampir runtuh.
Berusaha bertahan agar aku tidak jatuh.
Mencari cara agar tetap tegar saat sewaktu-waktu tembok ini ambruk.
Merasakan hembusan angin, dan hangatnya sinar matahari setiap pagi.
Menghirup aroma harumnya bunga, dan suara kicauan burung yang bersiul dan melihatnya berterbangan dari satu ranting ke ranting lain. 
Melindungi diri saat hujan deras tiba.
Jika aku menangis, aku biarkan air mata ku mengalir bersama derasnya hujan. Dan aku lepaskan mereka mengalir tak tahu berapa kubik mereka pergi entah kemana. 
Jika aku takut aku memeluk tembok itu dan terus berkata kepada diriku sendiri bahwa aku akan baik-baik saja.

Terkadang saat petang tiba sehabis hujan dan pelangi memancarkan warna-warna indahnya. 
Aku hanya merenung dan bertanya-tanya diri ku sendiri.
Menyesali dan menangisi atas semua yang pernah aku perbuat di masa lalu.
Menyesal karena telah membuat orang-orang yang benar aku sayang menangis dan menjerit dalam hati. Berusaha melengkungkan senyum pada bibir mereka.
Menangis karena tidak sempat membahagiakan orang-orang yang aku sayang.
Dan sekarang bukan mereka yang menjerit dan menangis dalam hati, tapi itu aku. Walau aku tau sekarang bukan waktunya untuk menangis ataupun menyalahkan diri sendiri atas apa yang pernah terjadi.

Jujur, aku butuh banyak waktu.
Karena, rambutku lambat laun sudah mulai memutih.
Penglihatan ku sudah mulai kabur.
Pendengaran dan penciuman ku sudah tidak tajam.
Mulut ku sudah tak dapat mengucapkan kata-kata lagi.
Kedua tangan ku sudah terlalu lelah untuk melakukan banyak hal, untuk menyelamatkan diri dari penyesalan.
Dan kedua kaki ku sudah tak mampu lagi menopang berat tubuh ku sendiri, yang sudah ku tahu hanya tulang yang dilapisi oleh kulit.
Hanya hatiku saja yang masih berdoa kepada Tuhan.
Agar aku mendapat kesempatan lain, yang pasti akan aku pergunakan sebaik-baiknya.
Dan aku berjanji akan hal itu.
Sekarang bukan waktunya untuk berbalik membenci orang yang membenci ku.
Tapi kini saatnya mencintai orang-orang yang aku cintai, yang mencintai ku dan melupakan orang-orang yang membenci ku. 
Karena aku tahu dan kalian pasti sudah tahu. 
Aku tak punya cukup waktu untuk melakukan itu.
Membenci orang-orang yang membenci diriku.

Comments

Popular Posts