Skip to main content

Featured

Lebih Sungguh

Setahun berlalu setelah terakhir aku menulis tentangmu disini,  _______ dan entah bagaimana, semuanya masih terasa sama,  hanya saja kali ini lebih tenang, lebih aman, dan lebih... nyata? Teringat dengan kalimat indahku dulu, tentang betapa aku ingin mencintaimu dengan seribu cara yang ku bisa. Kini aku tahu bahwa, aku tak perlu sekeras itu, karena begitu saja.... dicintaimu, Dalam diam aku menemukan ketenangan, dan dalam segala tawa dan banyaknya suara aku menemukan kehangatan, kadang dalam tangis dan marahpun, itu tak apa, asal kamu ada disampingku, begitu, Entah, ada rasa teduh? yang bisa saja ku rasakan namun tak dapat ku jelaskan,  Sejujurnya baik aku maupun kamu, tidak tahu bagaimana takdir bekerja, namun jika memang perjalanan ini membawaku padamu, [ biarlah semesta mengizinkan aku untuk berhenti di kamu, dengan restu Tuhan kita juga kedua orangtua..... (aaamiiin) ] Karena di dunia yang selalu berubah,  aku ingin satu yang tetap, pada cinta ini, pada cinta yan...

No More Time

Dulu manusia terlahir sangat bersih, merah dan menangis. Menangis bahagia karena ibu telah berhasil membuat mereka yang terlahir bisa hidup dengan bahagia, sedih dan senang dalam hidup. Ibu yang membawa mereka yang terlahir menjadi seorang remaja putra putri bangsa mereka. Merah karena simbahan darah yang tercurah dengan deras dalam pada tubuh mereka yang terlahir, bersih dalam tubuh jiwa, hati dan otak mereka yang belum mempunyai suatu yang bagi mereka yang terlahir untuk berbuat dosa. Mereka yang terlahir saat itu belum mengenal apa itu dosa, pahala, kebaikan, keburukan. Yang mereka tahu hanyalah menangis meminta air susu dan tertawa dalam kebahagiaan. Mereka yang terlahir menangis bukan karena menahan rasa sakit yang menahan mereka yang terlahir sangat dalam , tapi mereka yang terlahir menangis karena haus. Mereka yang baru saja terlahir belum tahu apa itu kemanisan, kepahitan, kepedihan, kepunahan, kecenderungan, kehidupan, kematian , kekhilafan, kenafsuan dan segalanya, mereka yang baru saja terlahir hanya mengenal Tuhan, Malaikat, dan Ibu mereka.

Tuhan yang masih menjaga mereka dalam tidurnya, Malaikat yang masih melindunginya dan segala hal, dan Ibu yang selalu memberikan tawanya pada mereka yang baru terlahir.

Mereka yang baru terlahir, belum tahu keajaiban seperti apa, apakah berbentuk, berhasrat, bersyirat atau yang lain mereka yang masih suci adalah mereka yang masih dilindungi oleh mukzizat Tuhan.

***

Sekarang tidak ada waktu lagi untuk menangis.
Sekarang tidak ada waktu lagi untuk marah.
Sekarang tidak ada waktu lagi untuk bermain.
Sekarang waktu uuntuk membentuk diri, siapa kah aku?
 14 tahun hidup didunia , sudah banyak kemanisan, kepahitan ketajaman dan yang lainnya. Hati terlalu lemah  untuk merasakannya dan Otak terlalu lunak untuk dipikirkan.

Aku tidak mengerti bagaimana cara melukis langit, melukis semua dosa semua perih semua bahagia yang selama ini dirasa. Rasanya sulit sekali, langit terlalu luas, aku butuh kuas yang lebih besar daripada langit.
Aku tidak suka bila mama tau aku marah dibelakangnya , aku hanya menulisnya dalam sebuah tulisan, menulisnya sedikit demi sedikit membuatku merasa sedikit lebih tenang.  Cerita hidupku selama ini, bukan seperti novel dan komik yang dibuat oleh tangan manusia, cerita ku ini dibuat khusus dari Tuhan. Tuhan yang mengirimku kesini. Ke dunia ini yang indah lewat mama dan papa. Tuhan terima kasih, dunia ini sangat indah bagiku, aku bisa tahu yang mana rasa sakit, Tuhan terima kasih engkau menciptakanku sebagai seorang remaja putri, jadi aku bisa merasa, dan menangis tanpa mengenal malu. Tuhan terima kasih engkau pernah mengizinkan aku tertawa besar dan lebar, telah mengizinkan aku untuk menangis sedu sedan, telah mengizinkan aku untuk menyukai beberapa kaum adam yang aku kenal, telah mengizinkan aku untuk mengenal alat-alat canggih, telah mengizinkan aku untuk menjadi anak pertama telah mengizinkan aku untuk menjadi orang bisa sakit, sehat dan terluka.

Tuhan, andai aku tahu engkau telah merangkai masa depanku, sebenarnya aku ragu untuk melangkahkan kakiku ke sana, ke sana Tuhan ke masa depan. Atau andai aku tahu engkau telah mengizinkan aku untuk hidup di umur kesekian. Aku takut untuk mati, tapi aku harus mati. Aku takut untuk Hidup tapi aku harus hidup. Aku takut hatiku terluka tapi aku harus terluka, Tuhan aku takut mama marah, karena aku takut engkau ikut marah padaku. Aku tahu Engkau melihatku menulis, melihat otakku mendikte segala yang ingin hatiku katakan, dan tanganku yang bekerja. Aku tahu Engkau yang merencanakan ini, Tuhan Jangan buat Mama marah padaku. Jangan buat pengkhianatan dalam persahabatan dan pertemananku. Jangan Tuhan, 
Aku butuh mereka ...


Walau mereka tidak bisa menadangi air mataku.
Walau mereka tidak bisa mendengar jeritan hatiku.
Walau mereka tidak bisa mengubah pemikiran otakku.
Tapi karena ada mereka, hidupku jadi lebih dari sekedar putih atau hitam.
Jangan ambil mereka Ya Tuhan, aku mohon.

Mereka segalanya.
Walau aku tahu tiada waktu lagi untuk menangis dan marah untuk itu semua. 

Comments

Popular Posts